Rabu, 6 september 2023 bertempat di Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Muntholib, S.Pd., M.Si telah dikukuhkan menjadi Guru Besar di bidang ilmu Strategi Pembelajaran Kimia.
Saat ini telah terjadi kerusakan di kota, di desa, di dataran, di pegunungan, di daratan, di lautan, dan bahkan di angkasa sebagai sebagian akibat dari perbuatan manusia. Allah berfirman, “Telah terjadi kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan manusia. Allah timpakan kepada manusia sebahagian (akibat) dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum: 41). Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa kerusakan tersebut: (1) disebabkan oleh ulah manusia, (2) hanya sebagian dari akibat perbuatan manusia (sebagian lainnya akan ditimpakan kepada manusia di akherat), dan (3) sebagai peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar, yakni tidak merusak atau menyebabkan kerusakan lingkungan semesta.
Pendidikan adalah cara terbaik memperbaiki kerusakan dan melestarikan lingkungan. Melalui pendidikan, kita dapat membangun pemahaman tentang, kesadaran akan pentinnya, cara menjaga, dan kemauan untuk memelihara kelestarian atau beberlanjutan alam semesta, universe sustainability. Oleh karena itu, kita perlu merenungkan, apa yang terbaik untuk kita ajarkan kepada anak didik kita agar bisa menjaga keberlanjutan alam semesta.
UNESCO (The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), Bandan PBB bidang pendidikan, mengembangkan education for sustainable development (ESD) guna mendukung visi baru pembangunan global yang berkelanjutan (new vision of sustainable global development) PBB yang dirumuskan ke dalam 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yakni: (1) menghapus kemiskinan, (2) mengakhiri kelaparan, (3) kesehatan yang baik dan kesejah-teraan, (4) pendidikan bermutu, (5) kesetaraan gender, (6) akses air bersih dan sanitasi, (7) energi bersih dan terjangkau, (8) pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, (9) infrastruktur, industri, dan inovasi, (10) mengurangi ketimpangan, (11) kota dan komunitas yang berkelanjutan, (12) konsumsi dan produksi yang bertanggung-jawab, (13) penanganan perubahan iklim, (14) menjaga ekosistem darat, (15) menjaga ekosistem laut, (16) perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat, dan (17) kemitraan untuk mencapai tujuan.
Untuk menghasilkan lulusan yang mampu dan mau berperan aktif dalam mencapai semua SDGs, ESD merumuskan 8 kompetensi utama lintas sektoral (cross-cutting key competencies) dan tujuan pembelajaran khusus bagi setiap komponen SDGs yang meliputi domain kognitif (pengetahuan dan keterampilan), sosio-emosional, dan perilaku. ESD juga menyarankan 3 macam pendekatan pembelajaran (learner-centred approach, action-oriented learning, transformative learning) dan berbagai strategi pembelajaran seperti case-based, project-based, lokakarya, cerita utopis atau distopia, analisis sistem yang kompleks, analisis pemangku kepentingan, dan yang lainnya.
Gagasan luar biasa ESD perlu kita break down sesuai jenjang pendidikan dan materi pelajaran. Kita tidak bisa langsung mengembangkan kompetensi utama lintas sektoral siswa, perlu dimulai dari kompetensi sederhana. Kita tidak bisa langsung menugasi siswa untuk menelaah konteks dan permasalahan yang kompleks, perlu dimulai dari permasalahan yang elementer. Kita tidak bisa langsung menerapkan pendekatan pembelajaran students center, perlu dimulai dari menyiapkan siswa untuk bisa belajar mandiri. Kita tidak bisa langsung menyuruh siswa menyelesaikan proyek, perlu dimulai dari membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Kita tetap perlu membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan cross-cutting key competencies dan mencapai tujuan pembelajaran khusus SDGs dengan pendekatan teacher center. Namun demikian kita tidak boleh menikmati teacher center approach yang dapat menina-bobokan pikiran siswa. Teacher center approach hanya boleh kita gunakan untuk menyiapkan siswa supaya mereka dapat mengembangkan cross-cutting key competencies dan dapat mencapai tujuan pembelajaran khusus SDGs. Ini memerlukan kesadaaran, rasa tanggung jawab, dan kemauan para pendidik untuk menjadi pendidik yang rahmatan lil’alamiin.Salah satu strategi pembelajaran yang mengadopsi students center approach dan teacher centerapproach sekaligus adalah explicit scientific inquiry instruction (Muntholib et.al., 2021). Fase awal strategi ini memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik untuk menelaah konteks dan permasalahan serta melakukan investigasi. Dalam investigasi, anak didik mendapatkan pengalaman belajar merancang dan melakukan investigasi, membuat penjelasan, dan berargumen. Sedangkan di akhir fase, anak didik memperdalam dan memperluas pemahaman yang diperolehnya dengan menerapkannya pada konteks baru, menganalisis permasalahan kompleks, membuat studi kasus, proyek, dan yang lainnya.