SDG 4, SDG 8, SDG 14, SDG 15
Departemen Kimia Universitas Negeri Malang menggelar kuliah tamu yang sangat menarik dengan menghadirkan Prof. Hans-Dieter Barke dari The University of Münster sebagai pembicara dengan judul “Coca Cola and The Acid-Base Terminology: Good Bye to The Laboratory Jargon.” Acara ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen yang tertarik mendalami konsep dasar kimia secara lebih mendalam dan aplikatif.
Prof. Hans-Dieter Barke memulai kuliah dengan mengulas dua teori utama tentang asam dan basa: teori Arrhenius dan teori Broensted. Teori Arrhenius menjelaskan disosiasi molekul dalam larutan, di mana asam menghasilkan ion H⁺ dan basa menghasilkan ion OH⁻. Sementara itu, teori Broensted memperkenalkan konsep protolisis dan transfer proton, di mana asam berperan sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton.
Menurut teori Arrhenius, larutan asam klorida mengandung ion H⁺(aq) dan Cl⁻(aq), sedangkan larutan natrium hidroksida mengandung ion Na⁺(aq) dan OH⁻(aq). Ketika kedua larutan ini dicampur dalam jumlah yang ekuivalen, ion H⁺(aq) bereaksi dengan ion OH⁻(aq) membentuk molekul H₂O, sementara ion lainnya tetap berada dalam larutan.
Sebaliknya, teori Broensted menggambarkan bahwa asam dan basa bukanlah zat, tetapi partikel yang berbeda. Misalnya, dalam air terjadi autoprotolisis, menghasilkan kesetimbangan: H₂O + H₂O ↔ H₃O⁺(aq) + OH⁻(aq). Dengan teori ini, lebih mudah memahami asam sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton.
Salah satu momen menarik dalam kuliah ini adalah ketika Prof. Barke menggunakan Coca Cola sebagai contoh untuk menjelaskan konsep asam-basa. Dengan pendekatan yang sederhana namun efektif, ia menunjukkan bagaimana minuman sehari-hari dapat digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia yang kompleks. Coca Cola, dengan kandungan asam fosfatnya, menjadi ilustrasi yang nyata tentang bagaimana asam dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan pembelajaran lebih relevan dan mudah dipahami oleh siswa.
Prof. Barke menekankan pentingnya penggunaan terminologi yang tepat dalam mengajar kimia untuk menghindari kesalahpahaman di kalangan siswa. Ia mengusulkan penggunaan model molekuler dan model beaker untuk membantu visualisasi proses kimia. Misalnya, model molekuler dapat digunakan untuk menggambarkan reaksi netralisasi antara asam klorida dan larutan natrium hidroksida.
Selain teori, Prof. Barke juga memberikan contoh praktis tentang transfer elektron dalam reaksi redoks dan transfer proton dalam reaksi asam-basa. Salah satu contoh yang dijelaskan adalah reaksi antara oksida tembaga dengan besi, di mana oksigen tampak ditransfer dari oksida tembaga ke besi untuk menghasilkan tembaga dan oksida besi.
Kuliah tamu ini berhasil memberikan pencerahan baru bagi para peserta mengenai cara mengajarkan konsep kimia dengan lebih efektif dan menghindari jargon laboratorium yang membingungkan. Dengan memahami dan menerapkan teori Broensted, para mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang kimia dan reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya.
Kuliah tamu ini juga menjadi ajang diskusi yang produktif bagi para pendidik kimia untuk berbagi pengalaman dan strategi mengajar yang inovatif. Prof. Barke mengajak seluruh peserta untuk terus mengembangkan metode pengajaran yang mampu menjawab tantangan pembelajaran kimia di masa depan.