14 Mei 2016
Malang-Masyarakat tidak semua punya kesempatan kuliah di Penguruan Tinggi. Mereka sebenarnya sangat membutuhkan ilmu-ilmu dari hasil riset perguruan tinggi untuk menambah ilmu pengetahuan mereka.
Berangkat dari rasa keprihatinan ini, Dr. Henry Praherdhiono, S.Si., M.Pd., berupaya untuk menyebarkan ilmu perguruan tinggi ke masyarakat. Penyebaran ilmu itu tidak mungkin dengan tatap muka, namun yang memungkinkan melalui media internet yang dikenal dengan Pembelajaran Daring Terbuka.
“Saya kembangkan audio video pembelajaran sebagai basis riset. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dan masyarakat untuk referensi mengajar mereka. Masyarakat Indonesia lebih suka belajar melalui model pembalajaran dalam bentuk audio video dibandingkan membaca,“ujar dosen Teknologi Pembelajaran FIP.
Masyarakat membutuhkan ilmu mengajar seperti tokoh agama, tokoh masyarakat. Mereka sering menurunkan ilmu, gagasan kepada masyarakat, umatnya. Oleh karena itu, mereka sangat membutuhkan metode pembalajaran yang sitematis yang selama ini belum pernah mereka dapatkan.
“Saya bersama dengan tim mulai roadmap 2007 berupaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi pembelajaran itu. Kami berhasil mengembangkan e‑learning yang bisa diakses masyarakat luas. Dari hasil mengembangkan e‑learning munculah dari ide penelitian berbasis internet itu, namanya teb.ac.id,“tutur Henry.
Domain teb.ac.id. dulu karena formatnya memang format penelitian, sampai saat ini terus dikembangkan walaupun diluar um.ac.id. Sehingga menjadi sebuah core untuk pembelajaran yang menarik.
“Ternyata tahun 2008 jurusan Teknologi Pembelajara (TEP FIP) tertarik dengan model pengembangan ini. Kami diminta jurusan untuk membuat e‑learning. Pada waktu itu kami masih belum diperbolehkan untuk masuk ke TIK UM, sehingga kami berkiprah diluar lagi,“tambahnya.
“Pada tahun 2008 walaupun belum masuk terintegrasi dengan um.ac.id, kami tetap membuat lagi yaitu Caroline Classroom Online. Tahun 2009 diberi nama resminya adalah saprol (sistim aplikasi pembelajaran online) miliknya TEP- FIP,” ujarnya.
Pada waktu penelitian itu memang belum dipayungi oleh regulasi UM. Pengembangan ini hanya sifatnya riset. Setelah tahun 2008–2009 itu sudah muncul namanya e‑learning UM, pada waktu itu hanya muncul sebentar .
“Kami telah mencoba dua mahasiswa masukkan ke dua situs yakni ke um.ac.id dan masuk ke tep.ac.id ternyata lebih banyak masuk ke um.ac.id. Karena sekarang situs UM sifatnya seperti (PDITT) Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu jadi siapapun boleh masuk,“papar pria murah senyum itu.
Ternyata kelanjutan tahun 2011 itu memunculkan dua pilihan sistem yang berbeda ada lewat tep.ac.id dulu. Pengembangan baru ini akses bisa langsung masuk ke e‑learning UM. Hasilnya ada beberapa dosen yang bergabung untuk berkolaborasi dalam penelitian.
“Dengan hasil pengembangan ini akhirnya (Pusat Teknologi Informatika) TIK UM memberi kami hak untuk menjadi admin. Sehingga kami cukup leluasa untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis hybrid atau blended learning di UM,“ungkapnya.
Pengebangan model pembelajaran berbasis hybrid atau blended learning di UM itu, masih sebatas riset dan sudah dipublikasikan. “Akhirnya masalah ini saya gunakan sebagai bahan untuk riset tesis. Dari hasi riset ini sebenarnya, UM terbukti memiliki kans besar untuk mengembangkan system pembelajaran model blended ini,“paparya .
“Saya berharap mendatang, lembaga bisa memfasilitasi finansial maupun payung hukumnya. Sehingga masyarakat bisa menimba ilmu dari Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dari Perguruan Tinggi,“pungkasnya.
Penulis: Budiharto
Editor: Moch. Syahri
Sumber : www.um.ac.id