SDG 3, SDG 8, SDG 9
Malang, 9 Oktober 2024 – Penelitian inovatif mengenai potensi kulit manggis sebagai agen anti kanker berhasil dilakukan oleh mahasiswa Kimia Universitas Negeri Malang (UM). Riset dilakukan oleh Wildan Tri Wahyudi Bersama dosen pembimbing Meyga Evi Ferama Sari, S.Si., M.Si selama beberapa bulan. Penelitian ini mengungkapkan potensi senyawa aktif dari kulit manggis dalam menghambat pertumbuhan sel kanker menggunakan metode molecular docking. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan kulit manggis sebagai bahan alami dalam terapi kanker yang lebih aman dan efisien.
“Penelitian ini sangat menarik karena berfokus pada pendekatan in silico yang memungkinkan kami memprediksi interaksi senyawa bioaktif kulit manggis dengan protein target terkait kanker,” ungkap Wildan dalam wawancara eksklusif. Pendekatan in silico yang digunakan bertujuan untuk meminimalisasi penggunaan hewan percobaan dan mempercepat proses analisis potensi senyawa obat. Proses penelitian ini dimulai dari tahap pengumpulan data senyawa aktif yang terkandung dalam kulit manggis,** seperti α‑mangostin, γ‑mangostin, dan mangostenol. Senyawa-senyawa ini dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi. Selanjutnya, Wildan dan Meyga memilih protein target yang relevan dengan proses pertumbuhan sel kanker.
Menurut Meyga, molecular docking menjadi pilihan utama karena dapat membantu memprediksi dengan tepat bagaimana senyawa aktif berinteraksi dengan protein target. “Dengan teknologi ini, kita bisa melihat bagaimana senyawa kulit manggis dapat mengikat dan menghambat aktivitas protein yang berperan dalam proliferasi sel kanker,” jelasnya. Tahap molecular docking dilakukan untuk menganalisis ikatan yang terbentuk antara senyawa kulit manggis dengan protein target. Hasil analisis menunjukkan bahwa senyawa α‑mangostin memiliki afinitas yang tinggi terhadap protein target tertentu, yang berperan dalam perkembangan kanker payudara dan paru-paru. Hasil ini menunjukkan potensi besar dari kulit manggis sebagai agen anti kanker alami. Setelah tahap docking, dilakukan evaluasi berdasarkan parameter seperti nilai ikatan energi (binding energy) dan konstanta inhibisi (inhibition constant). Wildan menjelaskan bahwa “Semakin rendah nilai binding energy, semakin kuat afinitas senyawa terhadap protein target, yang berarti potensi senyawa sebagai agen anti kanker semakin besar”. Berdasarkan hasil penelitian itulah, senyawa α‑mangostin memiliki nilai binding energy yang sangat rendah, menunjukkan potensi kuat untuk dikembangkan lebih lanjut.
Tim peneliti berharap penelitian ini bisa menjadi pijakan bagi penelitian lanjutan yang lebih mendalam, terutama dalam pengembangan obat anti kanker berbasis bahan alami. “Kami berupaya agar penelitian ini tidak hanya berakhir di ranah akademik, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam industri farmasi,” tambahnya. Selain itu, penggunaan bahan alami seperti kulit manggis diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih aman dan lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan sintetis.
Penelitian ini juga membuka peluang bagi eksplorasi lebih lanjut dalam pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia. Kulit manggis selama ini banyak dianggap sebagai limbah, namun penelitian Wildan menunjukkan bahwa limbah tersebut memiliki potensi besar dalam bidang medis. Penelitian ini pun diharapkan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk menggali lebih dalam potensi sumber daya alam lokal. Dengan penelitian ini, Wildan dan Meyga telah menunjukkan bahwa pendekatan in silico bukan hanya efisien dalam waktu dan biaya, tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam dunia medis. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi langkah awal dalam pengembangan terapi kanker berbasis bahan alami yang lebih aman dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.