Sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan limbah cair dari industri batik di Indonesia, khususnya di Kota Malang, telah ditemukan oleh Prof. Dr. Evi Susanti, M.Si., seorang Guru Besar Bidang Biokimia pada hari ini (Selasa, 18 Juli 2023). Dalam penelitiannya, beliau menggunakan kapang pelapuk kayu (KPK) sebagai bahan utama untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam kajiannya berjudul ‘Kapang Pelapuk Kayu Indigenous Jawa Timur untuk Mewujudkan Konsep Industri Hijau dalam Industri Batik di Indonesia’, Prof. Dr. Evi Susanti, M.Si. menjelaskan bahwa banyak industri batik yang belum mengelola limbah cair dengan baik, yang dapat berdampak negatif pada pembangunan berkelanjutan.
Namun, Prof. Dr. Evi Susanti, M.Si. menawarkan teknik mikoremediasi sebagai solusi untuk masalah ini, yaitu proses pendegradasian atau penghilangan bahan toksik dengan menggunakan kapang pelapuk kayu (KPK). KPK adalah kelompok kapang minoritas yang secara ilmiah dapat mendegradasi lignin menjadi sumber energi seperti CO2 dan H2O. Selain itu, kapang tersebut juga dapat mendegradasi pewarna sintetis dalam limbah cair yang memiliki struktur mirip dengan lignin.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mikoremediasi limbah cair batik menggunakan KPK Indigenous Jawa Timur dengan metode solid state fermentation (SSF) menggunakan serbuk gergaji sebagai media pendukung, menghasilkan perubahan yang aman sehingga limbah cair tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan tanpa menimbulkan bahaya.
Selain manfaat tersebut, campuran hasil mikoremediasi juga mengandung nutrisi yang mudah diserap dan digunakan oleh tanaman sebagai media tanam. Dengan demikian, ide ini diharapkan dapat membantu menciptakan industri batik yang berwawasan lingkungan dan mengurangi limbah (zero waste), sehingga industri batik di Indonesia dapat memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Penelitian beliau ini memberikan informasi tentang upaya konkret untuk mengatasi masalah lingkungan yang dihadapi oleh industri batik di Indonesia melalui pendekatan mikoremediasi menggunakan kapang pelapuk kayu. Inovasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi industri batik dan lingkungan secara keseluruhan.